Posts

Punahnya Peran "Super-Sub" di Tim-Tim Premier League

Image
Jika melihat para atlet multimiliuner berwajah tampan dan terkenal, perasaan alami yang muncul dalam diri kita biasanya bukanlah rasa simpati, tapi iri. Meski begitu, bahkan para penggemar yang berhati dingin pun seharusnya memiliki rasa kasihan pada Fernando Llorente, ketika melihat Tottenham bermain melawan Bournemouth pada pekan lalu. Penyerang asal Spanyol ini harus menjalani musim yang sulit dan jarang bermain dalam beberapa pekan terakhir, tetapi ketika Harry Kane mengalami cedera saat laga tersebut berjalan setengah jam, terlihat ada secercah harapan untuknya. Namun, hal yang berbeda justru terjadi: Llorente diabaikan dan yang masuk menggantikan Kane justru Erik Lamela, sementara Son Heung-min digeser menjadi penyerang tengah dan, seperti hendak membenarkan pergantian ini, Son pun mencetak dua gol. Llorente, yang tak dipanggil untuk masuk lapangan, hanya mendapatkan keistimewaan untuk duduk di barisan terdepan.

Javier Zanetti, Legenda yang Di Hormati Semua Orang

Image
Sejak saat itu, tidak hanya bagi orang-orang Amerika (tempat di mana Superman diciptakan), Superman berhasil menjadi pahlawan super bagi seantero jagad. Kepahlawanannya terus tumbuh, berkembang, dan mengakar di dalam diri banyak orang. Bahkan, tak jarang ia berhasil menembus ranah cita-cita anak kecil. Anak-anak kecil yang saat dewasa nanti ingin menjadi Superman tak kalah banyak dari anak-anak yang ingin menjadi dokter, presiden, pilot, maupun profesi-profesi menggiurkan lainnya.

Jose Mourinho, Mulut Besar Kesayangan

Image
"Tolong jangan panggil saya arogan, karena ini memang benar. Saya adalah juara Eropa dan saya pikir saya adalah The Special One." Pernyataan semacam itu hanya mungkin keluar dari mulut José Mário dos Santos Mourinho Félix, alias José Mourinho. Pernyataan yang kemudian menjadi kutipan Mourinho paling terkenal itu keluar di sesi konferensi pers saat yang bersangkutan baru ditunjuk menjadi manajer Chelsea. Kutipan itu kemudian mengubah banyak hal. Media-media di Inggris begitu riang. Kilatan lampu kamera bergantian menyala, sambut-menyambut selama beberapa lama, hanya beberapa detik setelahnya.

Membenci dan Mencita Ronaldinho

Image
Benci dan cinta adalah hal yang bertolak belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, benci adalah sebuah hal yang amat tidak disukai. Sementara cinta adalah sebaliknya, hal yang amat disukai.Menggabungkan dua hal itu tentu bukan perkara mudah. Sekalipun dipaksakan, itu harus berangkat dari hati yang paling dalam. Contoh sederhananya, kita bisa menyaksikan bagaimana Ronaldinho bermain.

Park Ji-Sung, Bukan Sekedar Gimmick

Image
Jauh sebelum Psy dan BTS menginvasi tangga musik Inggris, sudah ada orang Korea yang terlebih dahulu menciptakan sensasi di negeri Ratu Elizabeth. Pada 2005, Park Ji-Sung diperkenalkan di hadapan publik Old Trafford, kandang Manchester United. Pemain kelahiran 25 Februari 1981 itu direkrut dari PSV Eindhoven seharga 4 juta paun.

Piala Dunia 2006 dan Sepak Bola Curang ala Italia

Image
Ba bak 16 besar Piala Dunia 2006 mempertemukan Italia dan Australia. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Italia. Hanya saja kemenangan skuat Marcelo Lippi itu diwarnai sebuah kontroversi y ang mungkin sulit dilupakan publik Australia. Pada laga itu Italia harus bermain dengan 10 pemain setelah Marco Materazzi menerima kartu kuning kedua pada menit ke-50. Namun meski unggul jumlah pemain, Australia tak mampu menembus kokohnya pertahanan Italia hingga kompetisi berakhir Italia hanya kemasukan dua gol, satu gol bunuh diri dan satu lewat penalti Perancis di final.

Ada yang Bisa Menghentikan Milan?

Image
Kegemilangan AC Milan di bawah arahan Gennaro Gattuso semakin menjadi-jadi. Terbaru, dalam grande partita Serie A Italia kontra tuan rumah AS Roma, Senin (26/2) dini hari WIB, Milan mampu menang dengan skor meyakinkan 2-0. Ini adalah kemenangan perdana Milan di Olimpico sejak terakhir kali melakukannya pada Oktober 2011. Namun yang lebih menggembirakan, hasil tersebut memperpanjang catatan tak terkalahkan Rossoneri di semua kompetisi menjadi 12 laga, dengan sembilan laga di antaranya berakhir dengan kemenangan.