Javier Zanetti, Legenda yang Di Hormati Semua Orang


Sejak saat itu, tidak hanya bagi orang-orang Amerika (tempat di mana Superman diciptakan), Superman berhasil menjadi pahlawan super bagi seantero jagad. Kepahlawanannya terus tumbuh, berkembang, dan mengakar di dalam diri banyak orang. Bahkan, tak jarang ia berhasil menembus ranah cita-cita anak kecil. Anak-anak kecil yang saat dewasa nanti ingin menjadi Superman tak kalah banyak dari anak-anak yang ingin menjadi dokter, presiden, pilot, maupun profesi-profesi menggiurkan lainnya.


Bagi anak-anak yang ingin menjadi Superman, tentu saja itu terjadi karena kekuatan super yang dimiliki Superman. Superman bisa merobohkan apa saja dengan kedua tangannya. Matanya bisa mengeluarkan laser, yang bahkan bisa melelehkan pintu baja. Ia bisa terbang seperti gelembung udara, tetapi dengan kecepatan seperti pesawat terbang. Hal-hal seperti itu barangkali amat mudah menghiasi imajinasi anak-anak untuk kemudian mengatakan dengan lugas, "Saat besar nanti, saya ingin menjadi Superman!"

Berbeda dengan anak-anak, kekuatan super yang dimiliki Superman tentu saja bukanlah sesuatu yang logis untuk diinginkan orang-orang dewasa. Orang-orang dewasa yang mengaguminya biasanya mempunyai alasan yang lebih masuk akal tentang mengapa mereka harus mengagumi Superman.

Meskipun berasal dari planet lain, Planet Krypton, Superman adalah sosok yang lebih manusiawi daripada manusia kebanyakan. Telinga supernya bisa membuatnya mendengar masalah yang dihadapi orang-orang di segala penjuru dunia. Dan tanpa berpikir panjang, Superman akan memberikan pertolongan. Semampunya dan sebisanya.

Selain itu, meskipun Superman berbeda dengan manusia di mana dia sering dipandang sebelah mata menyoal ini, dia tak akan pernah berhenti berbuat baik, seolah mengajarkan kepada manusia bahwa tidak ada alasan untuk tidak berbuat baik. Singkat kata, dengan adanya orang baik, Superman selalu mampu memberikan harapan bahwa dunia akan baik-baik saja.

Konon, Superman sendiri diciptakan Jerry Siegel -- Joe Shuster yang mengilusrasikannya -- saat Perang Dunia Kedua terjadi. Tujuan utama mereka saat itu adalah menciptakan role mode untuk anak-anak pada masa perang tersebut. Namun ada sumber lain yang juga menyatakan bahwa Seigel juga mempunyai tujuan lain ketika menciptakan Superman. Ia terinspirasi oleh kematian ayahnya yang terjadi di dalam sebuah peristiwa pencurian. Brad Meltzer, penulis Amerika yang melakukan riset terhadap kematian ayah Seigel tersebut, kemudian berpendapat bahwa Seigel meciptakan Superman untuk mengingatkan bahwa manusia merupakan makhluk yang rentan.

ZANETTI SI ‘GILA’ SEPAKBOLA

Sebagai penikmat sepakbola, saya akui bahwa saya tidak begitu menyukai Inter Milan. Menurut saya, terutama dalam beberapa tahun belakangan ini, Inter adalah sebuah klub dagelan. Dan jika saya boleh sedikit mengemukakan pendapat visioner saya, apabila Inter tidak melakukan perubahan yang cukup berarti, pada masa depan, degelannya Inter mungkin akan berdiri sejajar dengan kematian dan pajak sebagai sesuatu yang pasti di dunia ini.


Penampilan yang tidak pernah konsisten sejak di tinggal sang kapten pensiun
Meski begitu, saat saya menengok sedikit ke belakang, saya juga merasa bersyukur diperkenalkan dengan Inter Milan. Alasannya sederhana:  Inter Milan pernah memiliki seorang pemain bernama Javier Zanetti. Sebesar apa pun tingkat kebencian penggemar sepakbola terhadap Inter Milan, mereka sepertinya tidak akan bisa membenci Zanetti. Bahkan mereka mungkin akan menaruh hormat terhadapnya. Dan bagi saya, dia adalah Superman dalam sepakbola -- dan juga bagi Inter Milan.


Satu dari sedikit full-back yang memiliki kemampuan komplit
Kemampuan kedua kaki Zanetti sama baiknya, hal yang membuatnya fasih saat bermain sebagai full-back kiri maupun full-back kanan. Ia juga mempunyai stamina dan kecepatan yang mengagumkan -- tanpa menimbulkan banyak perhatian, dia bisa dengan mudah membuat pemain-pemain lawan lari pontang-panting untuk menghentikannya. Kemampuannya dalam membaca permainan pun tak boleh diragukan. Dan yang paling penting, dia adalah seorang pesepakbola sejati. Seperti Bumi yang membutuhkan Superman, sepakbola membutuhkan pemain seperti Zanetti.

Dari waktu dia sering meluangkan waktu untuk merawat rumput di klub masa kecilnya hingga dia menjadi legenda Inter Milan, Zanetti benar-benar tidak pernah berubah. Selain selalu tampil dengan tatanan rambut yang sama di dalam setiap pertandingan Inter yang melibatkannya, dia juga selalu bersikap untuk menjadi yang terbaik dalam sepakbola. Orang mungkin menganggapnya gila ketika dia sempat melakukan latihan ringan di sela-sela waktu pernikahannya, tetapi Zanetti benar-benar pernah melakukannya. Gianni Riotta, penulis biografi Zanetti yang berjudul Play as a Man, menceritakannya.

Saat itu, setelah acara di geraja dan pertukaran cincin berakhir, Zanetti mengatakan kepada Paula, istrinya, bahwa masih ada waktu tersisa sebelum para tamu datang. Ia kemudian mengenakan sepatu larinya untuk melakukan joging.

Dalam buku yang sama, Zanetti kemudian menjelaskan mengapa ia bisa melakukan hal seperti itu dengan mudah, "Saya mencintai kerja keras ini. Saya mencintai olahraga ini (sepakbola). Saya mencintai kehidupan ini. Dalam setiap sesi latihan di udara dingin bersalju maupun di udara panas yang membuat saya berkeringat, itu selalu memberikan saya kegembiraan, membuat saya tersenyum. Saya adalah orang yang cukup beruntung."

Selain itu, sewaktu Zanetti mengalami cedera lutut panjang pada awal tahun 2013 lalu, banyak orang yang mengira bahwa kariernya akan berakhir pada waktu itu. Saat itu, dia sudah berusia 39 tahun dan cedera itu adalah sejenis cedera yang bahkan bisa membuat pemain muda mengakhiri karier sepakbolanya. Namun, ia ternyata tetap optimis. Ia sama sekali tidak menyerah. Dalam sebuah wawancaranya dengan majalah World Soccer, Zanetti mengatakan, "Saya tahu bahwa itu terjadi pada tendon (lutut) saya, tetapi kepala saya langsung melakukan kalkulasi segera setelah cedera itu saya alami: jika saya langsung melakukan operasi besok, maka saya akan kembali bisa berlari pada Oktober nanti."

Setelah memberikan jawaban seperti itu, Zanetti bahkan memberikan jawaban lebih mengagumkan saat World Soccer bertanya tentang kapan Zanetti akan pensiun. "Mungkin dua tahun, atau mungkin tiga tahun lagi jika tubuh saya menginjinkan," jawabnya. "Saya pernah membaca bahwa Stanley Matthews memenangkan Ballon d'Or saat berusia 41 tahun. Jika Messi tidak bisa melakukannya, maka saya akan berusaha memikirkannya." Orang macam apa yang memberikan jawaban semacam itu di tengah-tengah cedera yang kemungkinan besar akan mengakhiri kariernya?

Sadar bahwa cederanya saat itu tidak mudah disembuhkan, ia lalu berkompromi dengan targetnya: Apabila dia gagal bermain sesuai dengan waktu yang diinginkannya, setidaknya ia ingin sekali lagi bermain untuk Inter Milan, klub yang dicintainya, di depan penggemarnya yang selalu ia beri harapan. Hebatnya, ia ternyata masih bisa bermain selama tujuh bulan, lebih dari satu pertandingan, hingga dia memberikan penghormatan terhadap ultras Inter sambil menepuk-nepuk logo Inter di dada kirinya di dalam pertandingan terakhirnya.

Sewaktu pertama kali menemukan Zanetti melalui sebuah video pertandingan timnas Argentina U-20 pada tahun 1995 silam, Massimo Moratti, pemilik Inter pada saat itu, mungkin sadar bahwa Zanetti bisa mengembalikan kehormatan Inter yang sudah tidak meraih gelar sejak meraih scudetto pada musim 1988/89 lalu. Daripada Ariel Ortega yang sebetulnya direkomendasikan kepadanya melalui video itu, Moratti lebih terkesan dengan penampilan Zanetti.  "Dia bertahan, maju ke depan, dan melewati tujuh pemain lawan dengan kemampuan dribelnya...." kenang Moratti mengenai kesan pertamanya terhadap Zanetti.


Zanetti, saat pertama kali datang ke Internazionale.
Moratti kemudian memaksa ayah Zanetti menerbangkan anaknya dari Buenos Aires ke kota Milan. Pemain yang nyaris tidak pernah melakukan protes terhadap wasit itu kemudian menjadi pembelian pertama Moratti sebagai presiden Inter. Dan Moratti boleh bangga mengenai hal itu: pembelian itu adalah sebuah mahakarya.

Sejak kedatangan Zanetti, secara perlahan Inter mulai keluar dari masa gelapnya. Lemari trofi Inter yang sempat menjadi sarang laba-laba kembali dijejali sejumlah piala bergengsi. lima gelar scudetto, empat gelar Piala Italia, empat gelar Piala Super Italia, satu gelar Piala UEFA (sekarang menjadi Europa League), Liga Champions Eropa, dan Piala Dunia Antar Klub, merupakan warisan dari 19 tahun karier Zanetti bersama Inter Milan. Superman tak akan pernah pergi sebelum meninggalkan sesuatu yang sangat berarti, bukan?

Comments

Popular posts from this blog

Filippo Inzaghi, Penyerang Tak Istimewa Yang Melegenda

Terus Melaju Bersama Gattuso